2 Jan 2011

Ternyata.... Kompak itu Indah (Catatan Perjalanan Bag. I)

Kompak itu ternyata indah, seindah riak air sungai citarum yg enggan terbelah oleh laju perahu yang menderu.

Menyusuri jln menuju ke perahu pengangkut
Mr. Achmad Taher, walaupun harus ninggalin sarapan dan kopi pagi karena terburu waktu, komitmennya terhadap kebersamaan sebuah team work sungguh luar biasa. (1 sachet kopi instant yang dibawa utk membalas dendam kopi paginya ternyata ga tereksekusi, karena di ujung persinggahan, gelas berisi kopi panas bertebaran menunggu diseruput. Hadiah keikhlasan.......).

Ms. Safinatunnaja, yg walaupun juga ga sempat bercengkrama dengan nasi uduk dan teh manisnya karena tergegas kebanyakan tugas, tetap masih bisa ontime memenuhi kebutuhan kekompakan. (walaupun nyaris gagal bergabung, namun kemudian sebuah kesempatan yang ga terduga datang menghampiri. Hadiah keikhlasan.....).

Mr. Adang Ridwana, walaupun harus berjuang melawan hujan yang mengguyur Kp. Gabus pagi itu, ternyata tetap penuh semangat menikmati indahnya kebersamaan. (sampai di posko pagi2, pintunya masih digembok, karena masih ada karet yang nyangkut di jam milik posko, Beg your pordon..........)




Sesaat menjelang keberangkatan perahu ke lokasi
Mr. Irfan Husni, yg walaupun dengan suara serak dan juga belum sempat bertegur sapa dengan nasi goreng kebanggaan buatan ema'nya bocah, tetap berusaha utuk ga sendri menggapai nikmat kompak.

Mrs. Ade Damroh, dengan label "Bulletin Attaqwa" yang dibawanya pun ikut semangat, dan menambah semangat rekan lain untuk terus bersama dalam kekompakan.

Mr. Madlul, yang katanya lagi stress mikirin persiapan "wedding party"nya 2 minggu ke depan, tetap semangat mengarahkan Daihatsu SS tuanya menyusuri jalan yang lebih banyak rusaknya ketimbang yang bagus. ("Bpk Pemerentah, ini jalanan dibagusin ngapa, jalanan sie jadi kaya gupakan kebo.......". gerutu madlul sambil mengimbangi stir mobilnya).

Melihat kalian -sahabat-sahabatku, Personil Posko Peduli Banjir Radio Attaqwa-, ngkong Sahir Nasim, Ayah dari Abd. Rohman-kawan kita yang sempat hadir memberikan penjelasan tentang kebutuhan warga kp. Biyombong pasca banjir akibat jebolnya sekitar 81 meter tanggul Citarum beberapa waktu yang lalu-, jadi lupa kalau saat itu dia tengah berjibaku bersama warga Kampung untuk terus mencoba membuat pertahanan dari serbuan arus deras citarum. Dia sampe lupa kalau saat itu, material, bahan makanan, dan lainnya sudah tak ada untuk diberikan kepada para warga yang setiap saat bekerja membuat tanggul darurat penahan air.

  
Bersama ngkong Sahir Nasim yang tetap tegar di usia tuanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar