13 Jan 2011

Sekilas Perjalanan Posko Peduli Banjir Gembong Radio Attaqwa


Berawal dari kehadiran Sirojudin Mursan-Sire- ditemani oleh Achmad Taher-lebih indah klo dipanggil Tokri, katanya-, di kesederhanaan studio Radio Komunitas Attaqwa dgn membawa 1 unit monitor LCD 17” sumbangan dari H. Syamsul Falah, M.Ec-Wakil Ketua DPRD Kab. Bekasi; Ketua Umum IKAA-, disusul kemudian dengan kehadiranku, H. Muhtadi Munthaha, dan terakhir Nurkholis,  pada malam minggu sekitar pertengahan Desember 2010.

Ngobrol sana-sini mencoba mendiskusikan Radio Attaqwa (baca: Radio Komunitas Attaqwa), eksistensinya saat ini hingga prospek ke depannya. Salah satu persoalan yang mengemuka dari obrolan tersebut adalah apa yang paling mungkin dilakukan dalam waktu dekat oleh Radio Attaqwa untuk mengawali pergerakan pembenahan internal dan kualitas publikasi Radio. Persoalan tersebut kemudian melahirkan beragam pendapat. Salah satunya adalah pernyataan selintas dari Sirojudin Mursan-Sire- yang mengatakan: “Ga menutup kemungkinan kalo Radio Attaqwa ini membuat Posko Peduli Bencana, seperti Banjir Gembong….”. Dengan antusias Nurkholis mengamini pernyataan Sire tersebut, dan Aku pun ikut mendukung. Sontak tanpa proses banyak, H. Muhtadi kemudian menghubungi seorang warga Kp. Biyombong Desa Pantai Bahagia Kec. Muara Gembong-kemudian diketahui bernama Abd. Rohman yang juga pernah nyantri di Ponpes Attaqwa Putra beberapa tahun yang lalu- yang selama ini memang tengah berusaha ke sana-sini untuk mengumpulkan bantuan bagi warganya yang tengah berjibaku mengeliminir dampak jebolnya tanggul citarum.

Rutinitas di studio Radio Attaqwa berlalu seperti biasa pasca ngobrol ringan di studio Radio Attaqwa.

Di malam berikutnya–malam senin- sekitar jam 19.40, Irfan Husni-Penanggung Jawab Bidang Radio Attaqwa- mengirimkan sms ke Handphoneku yag isinya : “Bang, H. Muhtadi nanya, kapan wawancara dengan warga gembong dilaksanakan….?”. Sms tersebut aku terima di sekitar daerah Kalibaru saat dalam perjalanan pulang dari tempat kerja di daerah Halim. Tanpa membalas sms tersebut, sepeda motor tuaku kemudian kuarahkan langsung menuju ke studio Radio Attaqwa untuk menemui sang komandan Radio. Sampai di studio sekitar jam 20.30 aku langsung menemui Irfan. “Emang gimana sebenarnya..?” tanyaku ke irfan.
Dengan bingung, irfan menjawab : “Ya gimana, bang…… kita kan ga punya kru yang cukup untuk nglanjutin bikin posko peduli bencana…”
“Kalo kita undang tuh orang gembong untuk wawancara di studio, berarti kita udah siap buka posko bantuan, dong…. Nah, trus nnti yg jagain poskonya siapa…?? orang radio yg aktif kan cma kita bertiga…..??? Lanjut irfan. Belum selesai irfan bicara, datang kembali sms dari H. Muhtadi ke HP milik Irfan yang isinya meminta secepatnya radio mengundang Abd. Rohman-salah seorang warga gembong-untuk wawancara di Radio Attaqwa.
“Udah, sini biar ana yang ngbales…” ujarku kepada irfan yang tampak makin bingung. Akupun membalas sms H. Muhtadi ke Hpnya Irfan menggunakan Hpku sendiri, isi smsnya adalah : “Intinya, radio blom punya personil yang akan bertugas di posko siang hari………”
Balasan H. Muhtadi kemudian adalah : “Ok, ana akan cari orang yang bakal nongkrong di posko setiap hari”.

Dan malam berikut-malam selasa-, tanpa sengaja aku datang ke studio, ternyata sudah ada H. Muhtadi. Dan kemudian menyusul pula Adang Ridwana, Sirojudin Mursan, Much. Chotib dan 2 orang kawannya, Safinatunnaja, dan Achmad Taher.
Ternyata kesemuanya adalah calon-calon Wasekjen IKAA yang datang ke studio atas undangan H. Muhtadi via sms untuk membicarakan IKAA.
H. Muhtadi membuka forum dengan bahasan tentang IKAA. Tapi kemudian, diakhir pembicaraan, H. Muhtadi langsung meminta aku untuk memimpin obrolan selanjutnya. Karena menganggap semua yang hadir sudah diinformasikan tentang rencana pembentukan Posko Peduli Gembong, tanpa basa-basi pembukaan aku langsung mengarahkan pembicaraa ke teknis pembentukan Posko Peduli Gembong Radio Attaqwa. Ternyata saat itu, mereka sama sekali belum tahu tentang Posko Peduli Gembong, mereka beranggapan diundang hanya untuk membahas “Sekretaris” IKAA, sehingga pembicaraan agak kurang connect. Namun pada akhirnya, dengan berbagai macam argumen, disepakatilah pembentukan Posko Pedul Banjir Gembong Radio Attaqwa. Dan jadwal piket di Posko pun kemudian dibuat berdasarkan pernyataan kesiapan masing-masing personil.
Salut 4 jempol buat Fina, Tokri, ‘n Adang. Walaupun ga banyak bicara, tapi ketika kesepakatan sudah dibuat, mereka menjadi yang teraktif mengawal perjalanan posko. Komitmennya terhadap konsep yang telah disepakati sungguh merupakan sebuah sikap yang sangat perlu untuk dijadikan contoh bagi yang lain (ga menjadikan forum real sebagai ajang lathan vokal semata). Komitmen mereka untuk membantu mengawal perjalanan perbaikan radio ke depan juga sangat membanggakan, (walaupun radio sendiri belum siap menerima kehadiran “manajemen” sampai saat ini). Adang ridwana, menjadi orang pertama yang kebagian tugas membuat spanduk posko, dengan kesigapannya kemudian spanduk tersebut terpasang malam berikutnya (walaupun belum dibayar, utang dulu. Dipasang di pagar depan studio oleh Kiki dan Topik atas instruksi dari sang komandan, Irfan Husni).
Radio Attaqwa bertugas mensosialisasikan posko melalui udara. (Jinglenya baru selesai dibuat dn diudarakan setelah 6 hari kemudian. Berbeda dengan pembuatan jingle iklan layanan masyarakat yang hanya membutuhkan waktu 1 jam).

Informasi tentang penggalangan bantuan untuk korban banjir dibuat untuk diposting ke facebook Radio Attaqwa dan situs http://www.Radioattaqwa.co.cc (Blog Radio saat itu sebelum berubah ke http://www.radioattaqwa.com). Draft informasi pun aku buat dan aku kirimkan via e-mail ke Sirojudin Mursan untuk diedit dan diperbaiki. Setelah ditunggu beberapa saat, bukan e-mail balasan yang aku dapat, tetapi draft yang aku kirim tersebut langsung dipostkan oleh Sire (Panggilang akrab Sirojudin Mursan) ke website Radio tanpa diedit sedikitpun, sehingga akhirnya tanpa sengaja,  jadilah draft informasi tersebut sebagai informasi resmi yang dikeluarkan oleh posko.

Achmad Taher dan Safinatunnaja, kemudian selalu hadir dan standby di posko sesuai pernyataan kesiapan yang diucapkannya di depan forum malam itu. (Setiap hari selama posko dibuka).
Achmad Taher, saat itu padahal tengah berurusan dengan pekerjaannya yang bertumpuk untuk diselesaikan. Dan Safina pun saat itu tengah sibuk mengejar deadline input nilai siswi dan tugas-tugas yang bertumpuk lainnya. (Semoga Alloh selalu menganugerahkan kesehatan dan kemampuan hidup berkualitas pada kalian….)

Atas usulan beberapa orang, kemudian dibuat surat kepada Kepala Kelurahan Bahagia yang intinya mengajak pihak Kelurahan Bahagia untuk ikut serta menggalang bantuan dari masyarakat Kelurahan Bahagia dengan membuat himbauan kepada warga melalui para Ketua RT dan RW di Kelurahan Bahagia. Surat tersebut ditanda-tangani oleh Pemimpin Utama Radio Attaqwa (H. Nururrohman, Lc) dan ditembuskan kepada Ketua Yayasan Attaqwa dan Camat Babelan.
Namun Hingga tulisan ini diturunkan, belum ada sedikitpun tanggapan dari pihak Kelurahan Bahagia terkait dengan ajakan untuk peduli banjir gembong tersebut (Kesibukan ngitung penghasilan jasa pelayanan administrasi kependudukan dan pembuatan KTP mungkin ga bisa ditinggalin). Bahkan tidak ada satu sen pun bantuan yang datang dari pihak Kelurahan Bahagia (padahal pegawai kelurahan saja lebih dari 15 orang, 8 orang punya SK dan sesisanya hanya “berseragam”, ditambah lebih dari 200 Ketua RT dan lebih dari 40 Ketua RW. Semoga ke depan, kita masih bisa berkesempatan untuk berempati terhadap penderitaan saudara-saudara kita yang tengah terkena musibah. Amiin….).

Tembusan surat yang disampaikan kepada Ketua Yayasan Attaqwa melalui H. Nururrohman, Lc kemudian melahirkan himbauan dari Ketua Yayasan Attaqwa agar program ini diumumkan di forum Sholat Jumat Masjid Jami Attaqwa yang megah (Sebuah tanggapan yang sangat menggembirakan, dan menambah semangat tim untuk terus berjuang).

Kamis malam jumat sekitar jam 11 malam informasi tentang himbauan Ketua Yayasan Attaqwa tersebut aku terima dari Irfan Husni via sms. Mendadak, tapi karena besok harus sudah diumumkan,  aku buat rancangan surat untuk diumumkan di forum jumat Masjid Attaqwa, aku titipkan di studio agar pagi-pagi besok bisa dibawa ke Bpk. KH. Amin Noer, Lc (Ketua Yayasan Attaqwa) untuk diperiksa dan diperbaiki. Namun hingga keberangkatan ku ke BSD City Tangerang Selatan, draft pengumuman tersebut tidak dikembalikan untuk diretype. Dan ternyata langsung ditanda-tangani dan diserahkan ke announcer Masjid Attaqwa (Ust. Syafi’udin) dan langsung diumumkan di forum jumat, lagi-lagi tanpa diedit.

Walaupun Radio Attaqwa kurang intens mensosialisasikan penggalangan bantuan banjir melalui Posko Peduli Banjir Radio Attaqwa ini, namun Alhamdulillah pada jumat berikut, posko sudah bisa mempublikasikan hasil sementara penerimaan bantuan dari beberapa pihak yang sudah masuk. Diumumkan lewat Forum Masjid, On Air Radio, Facebook dan Website Radio. Walaupun sebelumnya ada yang bilang “ga usah diumumin… Kyai ga senang kalo yang kaya gini pake diumumin di Masjid…”.

Pengiriman bantuan direncanakan akan diberangkatkan pada hari minggu pertama, namun karena kondisi cuaca yang kurang bersahabat dan jumlah bantuan yang belum mencukupi, maka kemudian diundur sampai hari minggu berikutnya. Dan Alhamdulillah hingga hari minggu berikutnya bantuan terus bertambah.

Malam sabtu, sekitar jam 8 malam, seluruh personil tim posko diminta hadir untuk kumpul kembali membahas rencana teknis pengiriman bantuan. Undangan seperti biasa dikirim melalui sms. Namun mungkin karena undangannya mendadak, yang bisa hadir malam itu hanya Achmad Taher, Irfan Husni, dan aku beserta H. Muhtadi sebagai tuan rumah. Semua sumbangan yang masuk dikumpulkan dan dihitung untuk dibagi menjadi 35 paket, sesuai dengan informasi dari Abd. Rohman bahwa warga yang membutuhkan bantuan sekitar 30 Kepala Keluarga. Sumbangan dalam bentuk uang tunai, diconvert menjadi menjadi beras, mie instant, dan air mineral, serta disisakan pula untuk biaya packing dan pengiriman.
Omong punya omong, kemudian disepakati proses packing material bantuan dilaksanakan oleh aku yang sudah diangkat sebagai koordinator tanpa Surat Pengangkatan. Dan disepakati pula bahwa bantuan akan dikirim pada hari selasa tgl. 28 Desember 2010. Diundur dari rencana semula, mengingat material bantuan belum dipacking, sementara waktu sangat sedikit dan personil yang aktif belum punya waktu untuk mempersiapkan keberangkatan.

Hari senin pagi, 27 Desember 2010 beras yang dibeli di tokonya Mang Hamdani Ya’qub telah selesai dipacking ke dalam 35 karung dengan berat masing-masing 10 kg. Dan Mie Instant serta air mineral yang dibeli di toko yang sama kemudian diambil untuk dipacking pula menjadi 35 paket dengan isi masing-masing paket 12 bungkus mie instant dan 12 gelas air mineral. beras, mie instant, air mineral, pakaian layak pakai, dan makanan-makanan ringan yang ada kemudian dimasukan ke dalam 35 karung besar-yang juga dibeli di tokonya Mang Hamdani Ya’qub, sang Bandar beras-, dengan masing-masing berisi 10 kg beras, 12 bungkus Mie Instant, 12 gelas Air Mineral, beberapa helai pakaian layak pakai, dan makanan-makanan ringan lainnya. 

Selasa, 28 Desember 2010, Relawan Posko Peduli Banjir Gembong Radio Attaqwa, sekitar jam 8 pagi berangkat ke Kp. Biyombong Desa Pantai Bahagia Kec. Muara Gembong, untuk menyampaikan amanat para donatur korban banjir akibat jebolnya sekitar 81 m tanggul Sungai Citarum.

{Bersambung}

1 komentar:

  1. Wah...ulasan bang Deni rupanya lengkap, padat dan berisi. Jadi ingat kembali masa2 indahnya sebuah kekompakkan!

    BalasHapus